Pengasuh Pesantren Tebu Ireng Jombang, KH. Salahuddin Wahid mengatakan,
umat Islam sedunia terus mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan
keilmuan dan teknologi. Itu karena, berdasarkan studi Rehman dan Askari,
Keislaman semua Negara Muslim tidak tinggi. Dari 4 indeks ukuran (Economic Islamicity, Legal and Governance Islamicity, Human and Political Islamicity, International Relation Islamicity),
yang didasarkan pada Qur’an dan Sunnah. Hasilnya Keislaman rata-rata
Negeri Muslim berada pada nomor 137 dari 208 negara. Indonesia berada
pada urutan 140. Negeri Muslim tertinggi adalah Malaysia pada urutan 38.
Oleh karenanya, tidak ada lain, umat Islam harus berjuang keras untuk
meningkatkan kesejahteraan umat dan ketertinggalannya.
Hal tersebut disampaikan Salahuddin Wahid dalam seminar yang
diselenggarakan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan
Kalijaga, bertempat di Convention hall, kampus UIN Sunan
Kalijaga, Selasa, 6 Oktober 2015. Seminar bertajuk “Islam Nusantara dan
Islam berkemajuan untuk Indonesia”, diikuti ratusan mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga ini mengadirkan juga Haedar Nashir sebagai nara sumber.
Lebih lanjut Salahuddin Wahid menyampaikan, bagaimana umat Islam harus
berjuang mengejar ketertinggalan? Setiap keluarga dan individu Muslim
harus melakukan transformasi menuju akhlak mulia. Kenapa dari keluarga?
Keluarga adalah benteng paling kokoh dan persemaian paling baik bagi
penanaman nilai, budi pekerti, dan akhlak. Sementara kaum Muslim
hendaknya tidak hidup secara tertutup, tetapi terbuka, bermartabat dan
setara, kata Salahuddin.
Dijelaskan, ajaran Islam sesungguhnya begitu baik, tetapi dalam
penerapannya amat kurang. Salah satu cara untuk menerapkan Islam secara
baik adalah bertanya pada diri sendiri. Apakah kita sudah berlaku jujur?
Padahal Islam amat mengutamakan kejujuran. Seandainya memang kita
menyadari belum berlaku jujur, hendaknya kita terus berjuang keras untuk
menjadi orang-orang yang jujur. Sementara untuk seluruh umat Muslim
Indonesia, untuk mengejar ketertinggalan, dibutuhkan 3 strategi:
demokrasi, akhlak dan ilmu. Agar strategi bisa dilakukan diperlukan 7
persyaratan : Kestabilan politik, 1. Kemajuan ekonomi, 3. Pemahaman
keagamaan inklusif, 4. Pemikiran keagamaan modern, 5. Mengurangi
dometifikasi, 6. Kemandirian, 7. Tagaknya hukum.
Sementara, Dosen Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam (Wakil dekan
Bidang Akademik), Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag., menyampaikan, seminar ini
dilatarbelakangi oleh pelaksanaan muktamar Nahdlatul Ulama (NU) k eke 33
di Jombang, Jawa Timur (1-5 Agustus 2015) dan Muhammadiyah ke 47 di
Makassar, Sulawesi Selatan (3-7 Agustus 2015). Menurut Fahruddin Faiz,
tema yang diangkat muktamar NU “Meneguhkan Islam Nusantara untuk
Membangun Peradaban Indonesia dan Dunia”, serta tema muktamar
Muhammadiyah “Gerakan Pencerahan menuju Indonesia Berkemajuan”
membutuhkan implementasi dari jalur pendidikan (terutama pendidikan
tinggi Islam). Apalagi tema ini sudah sering menjadi wacana pembicaraan
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dijelaskan, Seminar ini merupakan salah satu upaya mendialokkan tema
besar Islam Nusantara dan Islam yang berkemajuan. Fakultas Ushuluddin
dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, sebagai salah satu pusat kajian
Islam di Indonesia, diharapkan kontribusinya untuk memetakan
problematika Islam Nusantara dan Islam berkemajuan. Ide-ide dari
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, diharapkan menjadi rujukan
dalam aspek pemahaman terhadap Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan.
Berbagai problem misalnya, Islam Indonesia saat ini tidak cukup
memiliki infra struktur untuk mencapai kemajuan. Sehingga sering kalah
dengan kelompok lain. Islam Indonesia adalah kelompok mayoritas dengan
mental minoritas. Menyadari problem-problem seperti ini, maka umat Islam
harus berubah dengan visi berkemajuan dalam semua sektor, dengan
kesadaran proses-proses manajemen yang modern. Ditambah lagi Islam di
Indonesia hendaknya memiliki watak universal yang kuat, namun tidak
meninggalkan yang partikular (lokalitas), Inilah yang bisa memajukan
Indonesia. Sementara Islam berkemajuan harus seiring dengan konsep
negara Indonesia. Yang digambarkan dalam Pembukaan UUD’45. Yakni
cita-cita Negara Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini hendaknya dipahami oleh umat
Islam sehingga mau berpikiran terbuka, jelas Fahruddin Faiz. (Weni
Hidayati-Humas UIN Sunan Kalijaga).
sumber: http://uin-suka.ac.id/page/berita/detail/1079/islam-nusantara-itu-islam-berkemajuan-dalam-konteks-kebangsaan
0 komentar:
Posting Komentar